Unek-unek saya..

Tulisan ini ditulis jam 2.19, 11 Mei 2019

Tulisan ini dibuat karena kejadian barusan tentang aku bertemu dia kembali. Bertemu dengan tujuan untuk menyelesaikan konflik yang terjadi antara aku dan dia.

Ini unek-unek ku.

hingga detik inipun aku masih tidak menyangka bahwa ini bisa terjadi. Kenapa? Apa penyebabnya? Dan apa solusinya?

Ini pertama dalam sejarah hidupku aku merasakan patah hati sehebat seperti ini. Kok bisa?

Bukan cuman aku, tapi ibuku. Orang yang melahirkanku juga merasa pertama kali sakit hati karena anaknya putus dengan pacarnya.

Sekarang siapa sangka, dia putus denganku, dia udah beralih hati ke orang lain? Kok bisa semudah itu..

Aku yg dulu berusaha susah payah untuk mendapatkan hati dia, butuh pengorbanan, butuh waktu yang tidak sedikit.. buat supaya dia menjadi miliku.

Ini adalah pertama kali aku minta kepada sang Pencipta bahwa aku menginginkan hatinya. (Karna sebelumnya aku tidak pernah meminta ke Tuhan untuk mendapatkan seseorang). Aku pengen mendapatkan dia. Tak ada hentinya aku meminta kepada Tuhan..

Dia bercerita bahwa, dia nggak mau trauma untuk yang kesian kalinya. Tapi aku yakinkan agar aku tidak akan membuat dia trauma lagi. Dan akhirnya dia menerimaku.

Aku katakan pada dia, bahwa aku akan membawa dia keluar dari zona trauma untuk merasakan suasana baru, zona baru.

Setelah itupun aku masih berusaha untuk meyakinkan orang tuaku bahwa dia lah yg terbaik. Pada saat itu pun juga orang tuaku butuh waktu untuk percaya.

Lambat laun, semua terlewati dan kita bahagia pada saat itu. Melewati hari-hari bersama. Nonton, makan, jalan-jalan, curhat, dll. Sampe piknik dengan orang tuaku pun ini pertama kalinya aku bersama orang yang kucintai.

Bukan hanya itu, bahkan aku mengenalkan ke saudara-saudaraku bahwa inilah orangnya. Inilah orang yang aku sayang, inilah orang yg akan aku nikahi suatu saat nanti. Dan mereka pun sangat sangat mendukung.

Semua sangat indah, sampai 1 konflik pun terjadi.

Berawal dari aku cerita bahwa mantanku chatingan sama ibuku. Entah siapa yg memulai, tapi ibuku meminta pendapat, bagaimana kalau aku ini nikah muda?

Ya wajar memang tujuan ibuku adalah meminta pendapat kepada orang yang masih sepantaranku. Dan itupun dia memang belum dekat dengan ibuku.

Dia cemburu, itu wajar. Memang semua orang ku rasa pasti punya rasa cemburu.

Hingga selanjutnya, dia ngefollow mantanku. Entah tujuannya apa pada saat itu karena aku belum mengetahuinya. Ternyata setelah di tanya, dia mau berteman. Ok lah kalau itu maunya berteman iya silahkan itu malah baik menjalin silahturahmi dengan orang baru.

Beberapa hari kemudian, mantanku tidak betah karena story instagramnya di kepoin. Akhirnya, sindiran pun muncul. Dia sakit hati..

Kalau dari sudut pandang mantanku, ya “ngapain sih dia kepoin aku? Padahal kan aku udah gak ada hubungan dengan anggara” sampai mantanku pun emosi dan akhirnya disindirlah si pacarku..

Kalau dari sudut pandang pacarku, “aku punya hak dong untuk ngelihat story orang-orang. Kalau kamu nggak mau aku lihatin ya nggak usah bikin story”

Dari sudut pandangku, ya memang benar dong pacarku. Emang mantanku kalau bikin story ya berarti mantanku siap kalau storynya diliatin orang-orang.

Lah kok ngapain sampai menyindir?

Emang orang namanya emosi dan gak mau ngomong ke orangnya secara langsung akhirnya mengambil tindakan untuk berontak dan bikin sindiran itu..

Hingga dia (pacarku) mengadu kepadaku, “inilo aku disindir”

Aku beranggapan, “loh kalau kamu nggak merasa bersalah ya seharusnya kamu nggak merasa kan? Kalau kamu merasa, ya nggak usah cari masalah, udah cukup ditahan aja, nggak usah dibales, ntar malah jadi masalah besar”

Namun ternyata pendapatku salah di mata dia. Dia merasa kalau aku membela mantanku. Padahal sebenarnya aku berusaha untuk menjaga dan menghindari masalah.

Tetap saja, pendapat dia itu aku membela mantan. Bukan membela pacarku sendiri.

Aku beranggapan bahwa, ini adalah cara menyikapi orang jahat secara dewasa.

Mantanku orang jahat berani nyindir pacarku. “Yaudah jangan dibalas gitulo.. dia itukan cari perhatian. Kalau kamu tanggepin ya malah tambah jadi masalah..” ucapku pada saat itu..

Sekali lagi, sebenernya aku bener bener nggak punya niat untuk membela mantan. Tapi aku mengajarkan dia untuk bersikap dewasa dalam menghadapi orang jahat.

Tetap saja, dia beranggapan bahwa aku membela mantan. Karena keinginan dia pada saat itu ingin dibela. “Aku ini disakiti, kenapa nggak kamu belain?”

Salahnya aku pada saat itu memang aku tidak membela dia. Aku cuman mengajarkan cara bersikap dewasa tanpa membela dia.

Hingga kita obrolin empat mata dan kamu pun muak pada saat itu karena keinginan kamu belum terpenuhi, sehingga obrolan selesai tanpa jalan keluar.

Masalah ini ternyata adalah masalah yang bersifat panjang durasinya.

Dia tiba-tiba berubah pada saat itu sehingga aku tidak mengenalnya lagi. Aku berusaha untuk bilang ke dia bahwa “ayok kita mulai lagi, kalau ada masalah ayok sama sama menemukan jalan keluarnya..”

Tapi herannya masalah sebelumnya masih gantung, dan kita tidak pernah membahasnya lagi.

Entah kenapa kita tidak pernah membahas masalah itu lagi?

Kenapa nggak kita bicarakan lagi?

Hingga hubungan pun renggang. Kita tidak bisa saling memahami lagi. Dan ujungnya putus...

What?

Akupun nggak nyangka ini bakal terjadi. Putus.. bahkan ibuku sampai shock mendengar berita buruk ini..

Aku mencoba menceritakan ini kepada teman-temanku dengan tujuan supaya aku mendapat masukan dari teman temanku.

Dan kebanyakan dari mereka mengatakan bahwa ini adalah salah paham.. iya salah paham

Akupun cerita ke ibuku, dan ibuku sependapat bahwa ini salah paham.

Ibuku pun menyuruhku untuk memperjuangkan dia lagi. Ibuku pun ikut berjuang untuk berdoa supaya aku bisa memperbaiki kesalahan dan bisa mengulangi hubungan dengannya lagi..

Akupun berdoa penuh harap bahwa tuhan mengabulkan permintaanku. Aku minta supaya aku bisa mendapatkan dia lagi. Dan aku siap untuk berjuang lagi, aku siap untuk berkorban lagi. Aku siap!

Tapi, tuhan berkendak lain. Dia udah sama orang lain...

SECEPAT ITU..???!!!

Akupun nggak tau.. kenapa bisa terjadi..

Akupun jatuh, akupun patah hati, patah semangat, 2 minggu tanpa ada satu hal yang bermanfaat bagiku. Aku bener bener tidak bisa beraktivitas normal pada saat itu...

Terpuruk, tidak bisa ikhlas, bener bener nggak rela aku ditinggal begitu saja dengan orang lain..

Orang-orang pun berkata padaku, “kenapa kamu masih mengharapkan dia yang udah ninggalin kamu demi orang lain?”

Orang orang menyuruhku untuk move on, tapi aku nggak bisa. Aku masih belum bisa ikhlas..

Dan orang-orang pun benci kepadaku “bodoh kamu itu!! Udah tau dia ninggalin kamu, ngapain sih masih berharap???!! Bodoh!!!”

Aku emang udah dibutakan dengan cinta. Cintaku begitu dalam untuknya. Hingga dia meninggalkanku demi orang lain pun, aku nggak bisa benci..

Aku nggak bisa benci sama dia, bener bener nggak bisa.

Sampai detik ini pun aku masih memikirkan dia, masih mengharapkan dia.. walaunpun aku tau, itu adalah hal yang sia-sia.

Aku mencoba untuk ikhlas. Dan aku berharap dia benar benar hilang dari pikiranku. Tapi, dia masih muncul hingga saat ini..

Akupun saat ini masih berdoa supaya Tuhan memaafkan dia. Aku ingin tuhan Memaafkan dia yang sudah bikin aku sakit hati..

Aku tau, waktu tak bisa kembali.. mau memperbaiki pun, aku udah nggak bisa bersama dia lagi. Karena dia udah sama orang lain.

Akupun mencoba bersikap biasa. Dan menjalani aktifitas normal, tapi pada saat itu dia menghubungiku dan bertanya kenapa aku begini?

Ya aku bilang ke dia bahwa, aku mencoba ikhlas.. bersikap biasa seolah olah tidak terjadi apa apa..

Tapi anehnya kenapa dia malah bahas kesalahan kesalahanku sementara dia udah bahagia dengan orang lain.

Akupun kembali sakit hati.. kenapa lagi sih..

Pada akhirnya aku bertemu dia untuk yang terakhir kalinya berharap semua selesai.. dia udah bahagia dengan pasangannya dan aku harus ikhlas..

Keadaan semakin kacau dan aku makin tidak bisa berhenti memikirkannya.

Kenapa aku harus begini? Kenapa aku belum bisa berhenti memikirkannya?

Aku nggak tau mau sampai kapan aku seperti ini..

Intinya, aku masih belum bisa ikhlas. Aku masih sayang sama dia, aku masih mengharapkannya, aku masih mendoakannya. Tapi sepertinya itu mustahil..

Akhirnya, aku menyuruhnya untuk fokus ke hubungannya yg sekarang. Berharap dia tidak mengulangi kesalahan yg sama dengan orang barunya..

Tapi dalam setiap doaku, aku masih menyebut nama dia.

Tulisan ini selesai ditulis jam 3.19

Dan jujur, aku masih sayang sama dia. Apa aku harus bunuh perasaan ini?

Bersambung.....

N.B : cerita ini memang tidak lengkap. Karena memang panjang banget ceritanya. Mungkin aku akan menuliskan secara lengkap cerita ini pada sebuah buku yang berjudul “Awal Kita Bahagia”

Judul itu dipilih dari arti namaku dan nama dia.

Salam saya.

Farhan Anggara.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Konflik Hati